Uncategorized

Cuaca Panas, Ini Penjelasan BMKG


Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/rsmgsdaa/public_html/sinarpembaruan.com/wp-content/themes/jannah/framework/classes/class-tielabs-filters.php on line 328

SINARPEMBARUAN.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa wilayah Jabodetabek akan dilanda suhu panas hingga 36,1 derajat celcius.

Dalam laporannya, BMKG menyebutkan bahwa suhu panas ini akan berlangsung hingga November 2022.

Kepala Pusat Meteorologi Publik Fahry Rajab mengatakan, suhu panas di Jabodetabek, terjadi diakibatkan peralihan musim dari hujan ke kemarau atau yang disebut musim pancaroba.

Suhu tertinggi yang tercatat 36,1 derajat celcius juga diprediksi masih bisa lebih tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

“Sampai akhir musim kemarau, November 2022, mungkin saja suhunya di atas 36 derajat celcius. Tapi, tidak sampai 40 derajat celcius seperti info yang beredar,” kata Fahry dalam keterangan yang diterima dilansir dari jabarnews, Senin (16/5/2022).

Tidak hanya di wilayah Jabodetabek, musim pancaroba juga terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia terutama wilayah Jawa-Bali-Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia yang berada di wilayah selatan ekuator pada periode April-Mei.

Sedangkan sebagian lainnya masih ada yang mengalami periode basah/hujan. Meski begitu, BMKG juga memprakirakan masih berpotensi terjadinya hujan dengan kilat/petir di siang ke sore hari.

“Umumnya, pada periode pancaroba atau menjelang musim kemarau, kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cuaca cerah dan tingkat awan yang sangat rendah dapat menyebabkan terjadi suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari dengan potensi hujan yang disertai kilat/petir,” ucap Koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini BMKG, Miming Saefudin.

“Hal ini dapat terjadi karena minimnya tutupan awan di wilayah Jabodetabek pada pagi hari sehingga terjadi pemanasan radiasi matahari maksimal hingga di permukaan. Lalu pada siang-sore hari umumnya akan terbentuk awan-awan dan dapat terjadi hujan,” tambahnya.

Miming menambahkan, selain peralihan musim atau pancaroba, fenomena cuaca panas yang terjadi belakangan di beberapa wilayah terakhir disebabkan posisi semua matahari sudah berada ke arah wilayah utara ecuator.

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close
Close