KSP: GMPI Harus Menjadi Lokomotif Generasi Muda PPP

Sinarpembaruan.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (PERLUDEM) Khoirunnisa Agustyati mengatakan bahwa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai sebagai partai yang progresif, itu nampak saat tahun 2014 PPP bisa menempatkan keterwakilan perempuan di pemilihan legislatif pada 2014.
“Itu bisa dilihat di perwakilan kalangan perempuan yang banyak menjadi calon anggota legislatif di nomor urut 1 pada saat pemilu 2014,” kata Khoirinnisa dalam acara Webinar yang digelar oleh Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) dengan tema Transformasi PPP Sebagai Partai Politik Modern yang Ramah Milenial pada Minggu (18/10/2020).

Dikatakannya, progresifnya PPP itu diharapkan juga bisa berlaku pada saat ini, agar PPP bisa menempatkan generasi muda dengan porsi yang lebih banyak untuk kalangan muda di partai berlambang ka’bah tersebut.
“Para kader muda PPP juga harus dilibatkan dan mendapatkan ruang di partai ini, diantaranya melalui masuknya kader muda di kepengurusan partai,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ninis ini.
Namun yang menjadi tantangan partai politik di Indonesia termasuk PPP adalah partai politik itu sendiri saat ini disibukan dengan bagaimana cara nya agar bisa bertahan atau agar bisa ikut berkompetisi di pemilu.
“Karena untuk bisa bertahan di parlemen itu berat, harus berbadan hukum itu berat, untuk bisa ikut pemilu syaratnya berat maka fungsi utama parpol politik untuk merekrut, khususnya generasi muda itu tidak menjadi perhatian parpol,” jelas Ninis.
Sementara itu, pemateri Webinar lainnya Tenaga Ahli Utama KSP Ade Irfan Pulungan mengatakan GMPI harus menjadi lokomotif generasi muda PPP untuk bisa menghimpun gerbong-gerbong dari kalangan pemuda untuk berpolitik.
“Sayap-sayap partai PPP juga harus menjadi laboratorium kader partai ini, termasuk GMPI,” ungkap Ade Irfan yang juga menjabat Ketua PP GMPI.
Untuk melakukan hal itu, Kata Ade, GMPI harus bisa menyelaraskan dengan keinginan-keinginan kaum milenial yang sangat kompleks.
“Agar PPP bisa dikenal oleh kaum milenial, GMPI juga harus melihat potensi-potensi dari kaum milenial. Kemudian harus difikirkan gerakan yang diminati oleh generasi muda, Biasanya kan generasi muda mengingankan kelompok atau komunitas yang memiliki hoby yang sama GMPI harus bisa menyelaraskan keinganan atau hoby-hoby mereka,” papat Ade.
Sementara itu Sekjen PPP Arsul Sani, mengatakan bahwa PPP tentu harus bisa bertransformasi diri terutama dari sisi manajemen.
“Harus ada Changce of management atau perubahan manajemen, terutama dari sisi nilai-nilai,” kata Arsul.
Selanjutnya kata Arsul, yang harus dipikirkan adalah memperluas pangsa PPP termasuk golongan milenial.
“Rumus yang sederhana yang harus dilakukan adalah gaul dengan kaum milenial, buat kegiatan yang membuat kaum milenial tertarik,” katanya.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa potensi untuk merekrut kalangan milenial sangat terbuka, hanya saja PPP harus menetapkan dulu dari generasi sektor mana yang akan digarap.
“Misalnya dari wilayah sajakan ada perkotaan dan bukan perkotaan (urban atau rural), santri dan non santri, dari sisi pendidikan ada dari pendidikan keagamaan dan bukan keagamaan. Ini perlu, supaya punya fokus yang lebih baik, agar lebih terarah gerakan-gerakan kita,” jelasnya.
Kemudian dirinya juga mendorong bagi yang akan berkontesasi di Muktamar nanti agar menjadi atensi besar untuk memperhatikan para kaum milenaial, bahkan ada anggaran khusus untuk mereka.
Karena sudah sunatullah bahwa generasi yang sudah sepuh harus digantikan oleh kalangan muda, maka PPP kedepan wajib memasukan generasi muda atau milenial di kepengurusan,” pungkasnya. (i)