KesehatanNasionalNews

Komisi VI Dorong Industri Farmasi dalam Negeri Jadi Produsen Obat Kelas Dunia

Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Elly Rachmat Yasin berharap masa pandemi bisa dijadikan peluang bagi industri farmasi dalam negeri untuk lebih mandiri dalam produksi obatan-obatan.

“Persoalannya yaitu tingginya bahan baku yang bergantung impor. Presiden bahkan kami semua kaget dengan besarnya importasi bahan baku obat,” paparnya.

Pada awal memasuki pandemi kita baru tersadar akan tingginya kebutuhan obat-obatan. Saat itulah terdapat data bahwa sekitar 90-95% komponen dasar obat di negeri ini berasal dari impor.

“Jadi, hanya 5-10% komponen obat dari dalam negeri. Seolah farmasi kita hanya meracik bahan baku asing saja,” kata politisi PPP ini.

Dikatakannya, kebetulan di awal pandemi holding BUMN farmasi terbentuk terdiri dari Bio Farma selaku induk holding dan lainnya sebagai subholding yaitu Indofarma, Kimia Farma dan Phapros.

“Terbentuknya holding sudah tepat untuk menyatukan kekuatan. Targetnya memperbesar kapasitas produksi obat dan diharapkan bisa menyuplai pasar internasional juga,” katanya.

BUMN farmasi memiliki 13 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia didukung dengan beberapa anak perusahaan. Untuk itu kebutuhan obat dalam negeri selalu aman.

“Hanya saja, jika terjadi masalah dengan impor bahan bakunya industri obat akan kacau,” tambahnya.

Importasi yang semula berasal dari China sebesar 60% dan selebihnya dari India. Saat ini negara asal impor diperluas dari Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.

“Kita tentu prihatin karena sesungguhnya bumi kita memiliki sumber daya alam melimpah sebagai bahan obat,” jelasnya.

Selain itu, di saat kebutuhan dalam negeri sangat tinggi, berbagai alat kesehatan juga masih mengandalkan impor. Bahkan masker N95 untuk petugas kesehatan yang kebutuhannya mencapai 7,6 juta pcs lebih, tapi kapasitas produksi dalam negeri hanya 3,2 juta pcs.

“Berarti kekuarangan masker N95 kita impor? Termasuk impor 50 juta dosis calon vaksin Covid-19, asal China,” paparnya.

Sebenarnya, menurut Elly, Indonesia bisa mengembangkan vaksin dan bioteknologi lainnya juga bisa memproduksi obat-obatan herbal bahkan alat kesehatan.

“Agar tidak sekedar memproduksi obat-obatan kimia yang berbahan baku impor. Hanya saja investasi di sektor tersebut masih rendah,”

Karenanya, pihaknya mendesak pemerintah dan BUMN farmasi agar segera memutus ketergantungan impor ini dengan mengajak investor dan para pelaku usaha farmasi untuk membangun pabrik bahan baku farmasi di Indonesia

“Saatnya industri farmasi dalam negeri lebih mandiri sehingga mampu menjadi produsen obat kelas dunia,” pungkasnya. (*)

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close
Close